Thursday, March 24, 2016

Suku Anak Dalam Masuk Solok




Berburu Biawak, Ambil Buah di Pasar

"Jangan meludah, Kota Solok kedatangan tamu" demikian warga Kota Solok satu sama lain saling memperingatkan begitu melihat rombongan Suku Anak Dalam (SAD) masuk Solok, alias orang kubu. Mereka diketahui muncul dari kawasan pedalaman hutan Jambi – Dharmasraya.  Konon  ritual perjalanan mencari tanah leluhur ini dijadwalkan berlangsung tiga bulan, dan akan berakhir di Solok Selatan, sebelum akhirnya memulai kehidupan baru di bibir hutan Taman Nasional  Kerinci Sebelat (TNKS). Lantas, apa saja kegiatan,cerita mereka selama singgah di Kota Solok ?
 
Pusako News— Solok

Karena bukan pemandandagan lazim, kehadiran sekelompok anak dalam (suku Kubu) sepanjang Jumat – sabtu (4-5/3) turut mengundang perhatian warga, sekaligus menjadi bahan tontonan  segenap lapisan masyarakat. Mereka berjumlah 17 orang, berpenampilan acak-acakan, tanpa alas kaki, plus menjujung bungkusan karung plastik yang berisi entah apa.

Jika dilihat,  mereka berusia antara 10 – 50 tahun, sejumlah ibu-ibu pengikut rombongan tak mau lepas menggendong balita di pangkuannya yang bertelanjang bulat, kaum bapak antusias menjujung bungkusan seraya melindungi anggota keluarganya. Panasnya terik mentari tidak dihiraukan, mereka  terus melakukan apa saja yang menurut mereka benar,  dan berjalan sesuai petunjuk pimpinan rombongan.

Sesekali mereka berhenti, berkumpul di trotoar, di halaman rumah pinggir jalan, dan tanpa permisi memetik buah untuk dimakan, sisanya dimasukan ke dalam karung plastik. Cekalanya, kadang buah yang mereka petik malah  mengundang kemarahan dari pemiliknya, bahkan mencaci maki.  Namun setiap kali fenomena tersebut terjadi, mereka yang tak tahu apa - apa hanya tersenyum tulus, lalu pergi meninggalkan lokasi.

Saat dijumpai di ujung jembatan KTK, Kecamatan Lubuk Sikarah, rombongan misterius ini kebetulan sedang beristirahat, sejumlah perempuan dewasa berselonjor di trotoar, laki-laki dewasa menatap ke arah dasar sungai. Pengguna jalan yang berlalu-lalang dibuat mendadak berhenti, bahkan tak ketinggalan mengeluarkan ponsel dari celana untuk memotret.

“Jangan sampai meludah pak ! mereka rombongan orang kubu, punya ilmu kebatinan yang luar biasa. Sempat meludah, pasti kualat, atau bisa  mengikut dengan mereka,” pesan salah-seorang bapak pada temannya yang ikut berhenti menyaksikan pemandangan gratis tersebut.

Entah iya atau tidak, begitu mendapat nasihat, lantas  dua pria muda tadi langsung saja mengangguk, sekaligus memaklumi sekian banyak larangan-pantangan sebagaimana dijelaskan  bapak paruh baya yang berdidi persis disampingnya. Yang tak kalah penting, jangan pula mengeluarkan kalimat menyinggung, menyindir, apalagi menghina, dan mencaci maki.

“Lihat saja lah, jangan banyak bertanya soal ini dan itu, ntar bisa menyinggung perasaan,” ingat seorang warga pula pada ibu-ibu yang berboncengan dengan sepeda motor suaminya.

Diawasi Danramil, Sempat Ambil Buah Pasar, Berburu Biawak
Kedatangan Suku Anak Dalam di Kota Solok juga seketika mendapat pengawasan  dari Danramil 04 Kubung, Capt Tarmizi didampingi babinsa, setelah sebelumnya kelomopok suku kubu tersebut dilaporkan sempat meresahkan, mengambil bahan dagangan berupa sayuran dan buah di Pasar Solok, Bahkan juga diinformasikan tanpa permisi memetik buah-buahan di depan rumah warga.

“Walau bagaimanapun juga mereka tetap saudara kita. Terkait adanya laporan terkait tindakan yang meresahkan, itu terjadi karena mereka tidak tahu akan hukum, aturan, lantaran selama ini terasing tinggal di hutan,” kata Capt Tarmizi.

Untuk mengantisipasi hal-hal tak diinginkan, Capt Tarmizi telah mencoba menfasilitasi menyediakan kendaraan bagi kelompok tak lazim tersebut menuju daerah tujuannya, namun kelompok anak dalam  menolaknya dengan alasan melanggar aturan dan ketentuan adat. Sebagai solusi, terpaksa dilakukan pengawasan dari jauh.

“Kami sudah mencoba berunding dengan ketua rombongan, bernama Amat, 60, namun mereka bersikukuh  melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki ke Solok Selatan,” Imbuh Tarmizi.


Ritual Mencari Tanah Leluhur
Dari keterangan pimpinan rombongan, Amat,60, perjalanan melelahkan itu adalah sebuah ritual wajib bagi Suku Anak Dalam, bertujuan membuang sial, setelah sebelumnya sejumlah anggota keluarganya meninggal dunia. Untuk memulai kehidupan baru, dilakukan perjalanan selama tiga bulan yang disebut “mencari tanah leluhur”.

Adapun anggota dalam rombongan seluruhnya berjumlah 17 orang, 4 perempuan, 3 balita, 6 anak-anak, serta laki-laki dewasa dan lanjut tua. Akibat minimnya ketersediaan makanan selama perjalanan, diantaranya  sudah mulai kelelahan, badan kurus kering, anak-anak bahkan mengaku telah  kecapean.

“Demi keselamatan serta tersedianya perbekalan yang cukup, Koramil 04 Kubung memberikan bantuan makanan untuk suku Anak Dalam tersebut, dan selama dalam perjalanan akan terus dipantau,” timpal Danramil.

Menurut penuturan Amat, selama tiga hari berada di Solok,  rombongan laki-laki telah berburu biawak di sepanjang sungai Batang Lembang, sampai akhirnya  mengumpulkan  17 ekor biawak.  Biawak ternyata termasuk makanan paling digemari suku Anak Dalam, bagian dagingnya  dibakar, sementara kulit dijadikan bahan pakaian.

Keluarga kami sudah banyak mati, kampung habis terbakar dijadikan ladang oleh orang datang,” Babi, rusa, ayam sebagai sumber makanan  sulit bisa didapat, sampai akhirnya tiba seruan ghaib untuk segera membuang sial, sekaligus mencari tanah leluhur,” cerita Amat pada Danramil. (red)      


No comments:

Post a Comment