Pusako News, - Kalau digambarkan maka Panangga sama dengan
palasik, bedanya pada hakikatnya. Panangga tidak akan menggangu secara
langsung, melainkan bisa dibilang iseng-iseng berhadiah. Karena hobi Panangga
adalah meminta-minta rendang, dia akan menjaga rendang tersebut, dengan upah
diberi sedikit rendang, sebab kalau tidak dicucuik, maka penangga akan menghilangkan
minyak pada rendang tersebut hingga pucat, dan tak dapat dimakan lagi.
Biasanya jika suatu keluarga di Minangkabau ada acara dan sedang
memasak rendang, pasti ada yang berada di dekat tungku memasak semalaman
menjaga rendang tersebut. Kalau tidak, bisa “dicucuik” panangga. Esok hari
rendangnya kelihatan pucat tidak berminyak lagi. Karena itu rendang yg
kelihatan kurang berminyak sering plesetkan sebagai telah “dicucuik” oleh si
panangga.
Penangga biasaya beraksi dengan setengah badan atau
terpotong secara diagonal, sedangkan sisa badannya ditinggal dirumah. Potongan
yang lain berkeliaran dikampung dan sekitarnya dengan meloncat-loncat.
Pernah ada cerita seorang tetua yang berpambayan (istri
mereka bersaudara) dengan salah satu panangga ini. Pada malam saat si panangga
ini sedang ber-“tangga”. Potongan
badannya yang tinggal, ditusuki dengan “saga” enau. Akibatnya menjelang subuh
waktu tubuhnya mau menyatu lagi, tidak bisa dengan sempurna.
Seharian dia tidak bisa keluar kamar. Demam dan selalu
berselimut. Besok malamnya waktu badannya lepas lagi baru saga dicabut.Kemudian
hampir subuh badannya bisa menyatu lagi dengan
sempurna.
Dengan kondisi begitu, dia akan semakin segan pada sang
pambayan. Di suatu kampung, karena dianggap semacam aib. Biasanya yg palasik
atau panangga ini, sulit mendapat jodoh orang kampungnya sendiri.
Sehingga mereka banyak berjodoh dengan orang luar. Yang agak
mengherankan , rata-rata mereka secara ekonomi berada di atas dari kebanyakan
orang kampung.
Selama tahun 1980an, keluarga yg dianggap bermasalah ini
memang sulit berjodoh dikampung. Setiap pinangan mereka selalu ditolak dengan
halus. Sehingga kebanyakan mereka berjodoh dengan orang luar. Sekarang karena
itu sudah dianggap tidak ada lagi dan karena silau dengan kekayaannya. Sudah
banyak mereka yang dapat jodoh di kampung.(Mr.Goavan)
No comments:
Post a Comment