Thursday, August 20, 2015

Panangga, Hobinya Loncat & Minta Rendang, Dengan Kondisi Badan Terpotong


Pusako News, - Kalau digambarkan maka Panangga sama dengan palasik, bedanya pada hakikatnya. Panangga tidak akan menggangu secara langsung, melainkan bisa dibilang iseng-iseng berhadiah. Karena hobi Panangga adalah meminta-minta rendang, dia akan menjaga rendang tersebut, dengan upah diberi sedikit rendang, sebab kalau tidak dicucuik, maka penangga akan menghilangkan minyak pada rendang tersebut hingga pucat, dan tak dapat dimakan lagi.

Biasanya jika suatu keluarga di Minangkabau ada acara dan sedang memasak rendang, pasti ada yang berada di dekat tungku memasak semalaman menjaga rendang tersebut. Kalau tidak, bisa “dicucuik” panangga. Esok hari rendangnya kelihatan pucat tidak berminyak lagi. Karena itu rendang yg kelihatan kurang berminyak sering plesetkan sebagai telah “dicucuik” oleh si panangga.
Penangga biasaya beraksi dengan setengah badan atau terpotong secara diagonal, sedangkan sisa badannya ditinggal dirumah. Potongan yang lain berkeliaran dikampung dan sekitarnya dengan meloncat-loncat.

Pernah ada cerita seorang tetua yang berpambayan (istri mereka bersaudara) dengan salah satu panangga ini. Pada malam saat si panangga ini sedang ber-“tangga”.  Potongan badannya yang tinggal, ditusuki dengan “saga” enau. Akibatnya menjelang subuh waktu tubuhnya mau menyatu lagi, tidak bisa dengan sempurna.

Seharian dia tidak bisa keluar kamar. Demam dan selalu berselimut. Besok malamnya waktu badannya lepas lagi baru saga dicabut.Kemudian hampir subuh badannya bisa menyatu lagi dengan  sempurna.

Dengan kondisi begitu, dia akan semakin segan pada sang pambayan. Di suatu kampung, karena dianggap semacam aib. Biasanya yg palasik atau panangga ini, sulit mendapat jodoh orang kampungnya sendiri.

Sehingga mereka banyak berjodoh dengan orang luar. Yang agak mengherankan , rata-rata mereka secara ekonomi berada di atas dari kebanyakan orang kampung.

Selama tahun 1980an, keluarga yg dianggap bermasalah ini memang sulit berjodoh dikampung. Setiap pinangan mereka selalu ditolak dengan halus. Sehingga kebanyakan mereka berjodoh dengan orang luar. Sekarang karena itu sudah dianggap tidak ada lagi dan karena silau dengan kekayaannya. Sudah banyak mereka yang dapat jodoh di kampung.(Mr.Goavan)

No comments:

Post a Comment