Selain lebih dikenal sebagai
Nagari Seribu Menhir, ternyata pesona alam Nagari Maek, Kecamatan Bukit Barisan,
Kabupaten Limapuluh Kota, juga tak kalah eksotik dan menakjubkan, Bahkan di
nagari ini ada terdapat sebuah pemandangan cukup langka, yakni bukit berlobang.
Pemandangan tersebut dengan jelas dapat disaksikan dari pusat perkampungan,
yang oleh masyarakat setempat dinamai Bukik Posuak. Bagaimana kisahnya ?
Pusako— Limapuluh
Kota
Berdasarkan cerita warga di
Nagari Maek, dahulu pernah ada seorang Raja yang berkuasa di Maek, bernama
Bagindo Ali. Selain sebagai pemimpin negeri, Bagindo Ali juga memiliki hobi
berburu rusa di hutan, dan keetulan ia cukup mahir memanah.
Dalam setiap pergi berburu ke
hutan, Sang Raja selalu didampingi para pengawalnya yang masing-masinya juga
memiliki keahlian tersendiri, dan baru akan kembali pulang setelah mereka
berhasil menangkap buruan. Terkadang untuk mendapatkan buruan, rombongan
pun harus bermalam selama berhari-hari di dalam hutan belantara.
Setiap kali Sang Saja
melepskan anak panah, berpantang tidak akan mengena. Maka, tidaklah mengherankan,
begitu Badindo Ali sempat membidik sesuatu, para pengawal pun akan langsung
berlari menuju sasaran tempat anak panah Sang Raja bersarang. Bangkai rusa
dibopong dibawa pulang.
Namun suatu ketika, setelah
sehari suntuk mengarungi hutan, rombongan belum juga menjumpai satu ekor rusa
pun. Hingga membuat Bagindo Ali kala itu ikut geram, penasaran, kenapa dia dan
anak buahnya sempat bernasib sial. Dengan tetap penuh semangat,
petualangan pada sore itu dilanjutkan sesuai intruksi Raja.
Berkat gigih, gayung pun
bersambut. Seekor rusa jantan besar sekilas terlihat melintas di sela-sela
rerumpun ilalang, menuju sebuah tepian anak sungai yang mengalirkan air begitu
jernih. Tanpa harus membuang waktu, Sang Raja yang kala itu ternyata ikut
melihat targetnya, langsung membidik dan menarik tali busur, hinnga anak
panahnya melesat secepat kilat. Beberapa orang pengawal seketika berlari menuju
sasaran.
Akan tetapi, kali ini tembakan
jitu Bagindo Ali meleset, hingga si rusa berhasil kabur. Spontan, Sang Raja
langsung naik pitam, tak biasanya anak panahnya mendurhakainya seperti itu.
Dengan wajah yang kian garang, Sang Raja didampingi seluruh pengawal kembali
mengejar rusa misteri tersebut, seraya sesekali melangkah menginjit-injit
dibalik semak. Sialnya, setelah berjam-jam mengintai, buruan tersebut belum
kunjung menampakan diri.
Berkat sabar, akhirnya Bagindo
Ali berhasil memergoki rusa jantan yang dimaksud dekat tepian sebuah sungai,
dan langsung membidik sembari menarik tali busur secara penuh. Ssstt, anak
panah Sang Raja pun seketika bersarang persis di bagian leher si rusa.
Tak hayal, petualangan yang melelahkan itu dapat segera terbayarkan.
Saking kesal, Bagindo Ali mengeluarkan pedang dari sarangnya, dan mencincang
tubuh rusa misterius tersebut.
Guna membalas sakit hati, Sang
Raja dengan sekuat tenaga melemparkan potongan paha rusa hasil buruannya itu
arah ke bukit, hingga membuat leher bukit berlobang, dan tembus ke daerah
sebelah. Kebetulan tempat mendaratnya potongan paha rusa, dinamai Bukit Paha
Rusa.
Selanjutnya, peristiwa
tersebut hingga sekarang secara turun-temurun terus melegenda di tengah-tengah
masyarakat Nagari Maek, meski sesungguhnya kebenarannya memang sulit diterima
dengan logika. Bukit berlobang berdiametar sekitar 24 meter persegi itu dinamai
Bukik Posuak, yang oleh masyarakat setempat cukup diyakini menyimpan misteri
tersendiri.
Jadikan Potensi Unggulan dan
Ikon Sumbar
Wakil Ketua Kerapatan Adat
Nagari (KAN) Maek, Anwar Dt.Siri, menuturkan, meski riwayat Bukit Posuak berawal
dari sebuah cerita rakyat, namun obyek tersebut menurutnya patut dipromosikan
sebagai salah satu obyek unggulan di Sumbar, karena hanya ada satu di
Indonesia, dan dua di Dunia. Maka, Pemkab Limapuluh Kota bersama Pemerintah
Provinsi (Pemrov) Sumbar perlu mengangkat Bukik Posuak sebagai obyek yang lebih
bernilai jual.
“Terlepas dari legenda
terciptanya Bukik Posuak, yang jelas Obyek Bukik Posuak bentuknya sangat unik,
serta terkesan sebuah keajaiban,” tukas Anwar.
Diakui Anwar, karena minimnya perhatian
pihak berkompeten, Bukik Posuak nyaris luput dari perhatian Masyarakat Sumbar,
bahkan masyarakat Limapuluh Kota sendiri masih juga ada yang tidak tahu.
Dikarenakan akses jalan menuju Nagari Maek yang hanya berjarak 35 km dari pusat
kota Limapuluh Kota, memang begitu memprihatinkan. Akhirnya Bukik Posuak
masih saja tenggelam bersamaan dengan ketidak tahuan publik.
“Kalau memang Pemerintah
Daerah berniat mempromosikan Bukit Posuak sebagai salah satu obyek unggulan,
masyarakat Maek pun bersedia membuka diri,” pungkas Anwar.
Ditambahkan Tokoh Perantau,
Dedi Permana, jika Bukik Posuak dipromosikan secara ekstra, diyakini obyek yang
satu itu bakal segera mendunia, dengan bentuknya yang unik pasti mengundang
adrenalin wisatawan. Ditambah Nagari Maek juga merupakan Nagari Seribu
Menhir, yang menurut para pakar sejarah diyakini termasuk daerah tertua
terciptanya peradaban manusia di Sumbar.
“Hendaknya jangan hanya untuk
dikenang, tapi bagaimana kedepannya Nagari Maek mampu menjadi daerah tujuan
wisata. Salah satunya, perlu didukung dengan tersedianya infratruktur secara
wajar, seperti perbaikan akses jalan utama menuju Maek yang kini masih
memprihatinkan,” imbuh Dedi. (Red)
*** Disadur dari Harian
Pagi Padang Eksprs
No comments:
Post a Comment