Sunday, August 16, 2015

Bukik Posuak, Keajaiban Dunia Dari Maek



Selain lebih dikenal sebagai Nagari Seribu Menhir, ternyata pesona alam Nagari Maek, Kecamatan Bukit Barisan, Kabupaten Limapuluh Kota, juga tak kalah eksotik dan menakjubkan, Bahkan di nagari ini ada terdapat sebuah pemandangan cukup langka, yakni bukit berlobang. Pemandangan tersebut dengan jelas dapat disaksikan dari pusat perkampungan, yang  oleh masyarakat setempat dinamai Bukik Posuak. Bagaimana kisahnya ?

Pusako— Limapuluh Kota

Berdasarkan cerita warga di Nagari Maek, dahulu pernah ada seorang Raja yang berkuasa di Maek, bernama Bagindo Ali. Selain sebagai pemimpin negeri, Bagindo Ali juga memiliki hobi berburu rusa di hutan, dan keetulan ia cukup mahir memanah.

Dalam setiap pergi berburu ke hutan, Sang Raja selalu didampingi para pengawalnya yang masing-masinya juga memiliki keahlian tersendiri, dan baru akan kembali pulang setelah mereka berhasil menangkap buruan.  Terkadang untuk mendapatkan buruan, rombongan pun harus bermalam selama berhari-hari di dalam hutan belantara.

Setiap kali Sang Saja melepskan anak panah, berpantang tidak akan mengena. Maka, tidaklah mengherankan, begitu Badindo Ali sempat membidik sesuatu, para pengawal pun akan langsung berlari menuju sasaran tempat anak panah Sang Raja bersarang. Bangkai rusa dibopong dibawa pulang.

Namun suatu ketika, setelah sehari suntuk mengarungi hutan, rombongan belum juga menjumpai satu ekor rusa pun. Hingga membuat Bagindo Ali kala itu ikut geram, penasaran, kenapa dia dan anak buahnya sempat bernasib sial.  Dengan tetap penuh semangat, petualangan pada sore itu dilanjutkan sesuai intruksi Raja.

Berkat gigih, gayung pun bersambut. Seekor rusa jantan besar sekilas terlihat melintas di sela-sela rerumpun ilalang, menuju sebuah tepian anak sungai yang mengalirkan air begitu jernih. Tanpa harus membuang waktu, Sang Raja yang kala itu ternyata ikut melihat targetnya, langsung membidik dan menarik tali busur, hinnga anak panahnya melesat secepat kilat. Beberapa orang pengawal seketika berlari menuju sasaran.

Akan tetapi, kali ini tembakan jitu Bagindo Ali meleset, hingga si rusa berhasil kabur. Spontan, Sang Raja langsung naik pitam, tak biasanya anak panahnya mendurhakainya seperti itu. Dengan wajah yang kian garang, Sang Raja didampingi seluruh pengawal kembali mengejar rusa misteri tersebut, seraya sesekali melangkah menginjit-injit dibalik semak. Sialnya, setelah berjam-jam mengintai, buruan tersebut belum kunjung menampakan diri.

Berkat sabar, akhirnya Bagindo Ali berhasil memergoki rusa jantan yang dimaksud dekat tepian sebuah sungai, dan langsung membidik sembari menarik tali busur secara penuh. Ssstt, anak panah Sang Raja pun seketika bersarang persis di bagian leher si rusa.  Tak hayal, petualangan yang melelahkan itu dapat segera terbayarkan. Saking kesal, Bagindo Ali mengeluarkan pedang dari sarangnya, dan mencincang tubuh rusa misterius tersebut.  

Guna membalas sakit hati, Sang Raja dengan sekuat tenaga melemparkan potongan paha rusa hasil buruannya itu arah ke bukit, hingga membuat leher bukit berlobang, dan tembus ke daerah sebelah.  Kebetulan tempat mendaratnya potongan paha rusa, dinamai Bukit Paha Rusa.  

Selanjutnya, peristiwa tersebut hingga sekarang secara turun-temurun terus melegenda di tengah-tengah masyarakat Nagari Maek, meski sesungguhnya kebenarannya memang sulit diterima dengan logika. Bukit berlobang berdiametar sekitar 24 meter persegi itu dinamai Bukik Posuak, yang oleh masyarakat setempat cukup diyakini menyimpan misteri tersendiri.

Jadikan Potensi Unggulan dan Ikon Sumbar
Wakil Ketua Kerapatan Adat Nagari (KAN) Maek, Anwar Dt.Siri, menuturkan, meski riwayat Bukit Posuak berawal dari sebuah cerita rakyat, namun obyek tersebut menurutnya patut dipromosikan sebagai salah satu obyek unggulan di Sumbar, karena hanya ada satu di Indonesia, dan dua di Dunia. Maka, Pemkab Limapuluh Kota bersama Pemerintah Provinsi (Pemrov) Sumbar perlu mengangkat Bukik Posuak sebagai obyek yang lebih bernilai jual.

“Terlepas dari legenda terciptanya Bukik Posuak, yang jelas Obyek Bukik Posuak bentuknya sangat unik, serta terkesan sebuah keajaiban,” tukas Anwar.

Diakui Anwar, karena minimnya perhatian pihak berkompeten, Bukik Posuak nyaris luput dari perhatian Masyarakat Sumbar, bahkan masyarakat Limapuluh Kota sendiri masih juga ada yang tidak tahu. Dikarenakan akses jalan menuju Nagari Maek yang hanya berjarak 35 km dari pusat kota Limapuluh Kota, memang begitu memprihatinkan.  Akhirnya Bukik Posuak masih saja tenggelam bersamaan dengan ketidak tahuan publik.

“Kalau memang Pemerintah Daerah berniat mempromosikan Bukit Posuak sebagai salah satu obyek unggulan, masyarakat Maek pun bersedia membuka diri,” pungkas Anwar.

Ditambahkan Tokoh Perantau, Dedi Permana, jika Bukik Posuak dipromosikan secara ekstra, diyakini obyek yang satu itu bakal segera mendunia, dengan bentuknya yang unik pasti mengundang adrenalin wisatawan.  Ditambah Nagari Maek juga merupakan Nagari Seribu Menhir, yang menurut para pakar sejarah diyakini termasuk daerah tertua terciptanya peradaban manusia di Sumbar.

“Hendaknya jangan hanya untuk dikenang, tapi bagaimana kedepannya Nagari Maek mampu menjadi daerah tujuan wisata. Salah satunya, perlu didukung dengan tersedianya infratruktur secara wajar, seperti perbaikan akses jalan utama menuju Maek yang kini masih memprihatinkan,” imbuh Dedi. (Red)

*** Disadur dari Harian Pagi Padang Eksprs

No comments:

Post a Comment