Saturday, August 15, 2015

Apa Itu Batu Batikam ?



Batu Batikam adalah salah-satu obyek cagar budaya bersejarah yang terdapat di Jorong Dusun Tuo, Nagari Lima Kaum, Kabupaten Tanahdatar, Provinsi Sumatera Barat. Jika diartikan kedalam Bahasa Indonesia, Batu Batikam berarti batu yang tertusuk.

Menurut sejarah yang berkembng, lubang tusukan yang ada di tengah batu itu merupakan bekas dari tusukan keris Datuak Parpatiah Nan Sabatang. Prasasti Batu Batikam menjadi salah satu bukti keberadaan Kerajaan Minangkabau di zaman Neolitikum,

Luas situs cagar budaya Batu Batikam sekitar 1.800 meter persegi, dulu berfungsi sebagai medan nan bapaneh atau tempat bermusyawarah bagi kepala suku. Batu ini berukuran 55 x 20 x 40 sentimeter, dengan bentuk hampir segi tiga. Pada bagian tengah batu batikam terdiri dari bahan batuan Andesit. 

Susunan batu disekeliling batu batikam seperti sandaran tempat duduk, berbentuk persegi panjang melingkar. Batu batikam sekaligus menjadi saksi sejarah yang melambangkan pentingnya perdamaian, musyawarah-mufakat dalam kehidupan bermasyarakat di Minangkabau


Keunikan
Batu ini dinamakan batu batikam atau batu tertusuk adalah karena adanya bekas tusukan pada bagian batu tersebut.  Secara logika, hal ini mungkin sulit diterima dengan akal mengingat batu adalah sebuah benda padat yang sangat keras, sehingga tidak mungkin untuk ditusuk dan menyisakan sebuah lobang yang tembus.

Nemun menurut cerita dan keyakinan masyarakat setempat, Batu Batikam memang merupakan bekas tusukan keris milik Datuak Parpatiah Nan Sabatang, yang menjadikan batu batikam sebagai simbol perdamaian antar pemimpin yang berkuasa pada masa itu.

Cerita lain juga menyatakan bahwa peninggalan sejarah ini dahulu kala merupakan suatu tempat musyawarah para kepala suku. Hal lain yang menambah keunikan Batu Batikam adalah adanya sebuah pohon beringin yang sangat besar di sekitar kawasan tersebut. Selain itu, lubang pada batu batikam dapat disentuh dan dilihat langsung oleh setiap pengunjung.

Sejarah
Datuak Parpatiah Nan Sabatang dan Datuak Katumanggungan adalah dua orang saudara yang berlainan bapak. Datuak Parpatiah Nan Sabatang adalah seorang sosok yang dilahirkan dari seorang bapak yang memiliki darah aristokrat (cerdik pandai).

Sementara Datuak Katumanggungan adalah sosok yang dilahirkan dari seorang bapak yang otokrat (raja-berpunya). 

Tetapi kedua diantara mereka lahir dari seorang rahim ibu yang sama, dimana seorang wanita biasa seperti lainnya, bernama Puti Indo Jalito (Bundo Kanduang).  

Datuak Parpatiah menginginkan masyarakat diatur dalam semangat yang demokratis, atau dalam tatanannya "Duduk sama rendah, berdiri sama tinggi". Namun Datuak Katumanggungan menginginkan rakyat diatur dalam tatanan yang hirarki "berjenjang sama naik, bertangga turun".  Karena perbedaan inilah akhirnya mereka bertengkar hebat.

Untuk menghindari pertikaian dan tidak saling melukai, Datuak Parpatiah dan Datuak Katumanggungan kemudian menikam batu tersebut dengan keris sebagai pelampiasan emosinya. Maka batu yang tertusuk akhirnya berlobang, dan oleh masyarakat Minangkabau disebut Batu Batikam.

Meskipun terkesan menyeramkan, namun Batu Batikam menjadi salah-satu lokasi wisata yang masih menarik minat wisatawan. Selain memiliki keunikan yag membuat wisatawan penasaran, batu ini juga mengandung nilai pelajaran, pengetahuan, dan hikmah tentang pentingnya perdamaian.

Hingga saat ini, pendapat yang berbeda antara Datuk Parpatih nan Sabatang dan Datuk Katumanggungan masih terlihat dari adanya dua keselaran di Minangkabau, yakni keselarasan Koto Pilang yang mencerminkan sistem kekuasaan ala Datuk Katumanggungan, dan keselarasan Bodi Chaniago yang merupakan perwujudan sistem pemeirntah ala Datuk Parpatih Nan Sabatang. (Red)

No comments:

Post a Comment