Sering Hadir dalam Sasaran Silek
Aksi Dua Murid Perguruan Silek Harimau Kubuang
Entah itu mitos, tahayul, Namun
banyak kalangan di Kabupaten Solok mempercayai jika sosok harimau alias inyiak balang
juga punya hubungan tersendiri dengan paranormal/ orang pintar, serta kalangan tertentu
dari garis keturunan ditentukan. Jika sewaktu-waktu dibutuhkan, inyiak balang
pun juga bisa hadir di tengah perguraun silek (silat) karena inyiak adalah sosok
pendekar tangguh. Peka lingkungan, beradat,
dan berteninga bumi,” Bagaimana mungkin ?
Bandaro Mudo— Solok
Maka, jangan heran, bila
berbicara soal inyiak balang, banyak berkembang cerita-cerita klasik di tengah-tengah
masyarakat sebagai satu kesatuan masyarakat hukum adat, yang diantaranya
terkadang mengandung pesan moral tersendiri. Selanjutnya cerita-cerita tersebut
melebur dan mengalir secara turun temurun hingga menyatu dengan rangkaian sejarah
berdirinya negeri itu sendiri. Dibarengi dengan berlakunya kultur, budaya,
serta nilai-nilai kearifan lokal/tradisi pada suatu nagari.
Bila ditelisik, cerita unik
seputar inyiak balang tidak pernah habisnya, karena di setiap nagari punya cerita
tersendiri soal inyiak balang. Namun kali ini, Padang Ekspres hanya mencoba
mengutip dua hal saja, yakni soal kedekatan inyiak balang dengan perguruan
silat, dan paranormal.
Rizal Cardov Dt. Intan Sati,
seorang Tuo Silek asal Nagari Cupak, Kecamatan Gunung Talang, Kabupaten Solok
yang sekaligus Pengasuh Perguruan Silek Harimau Kubuang, di Nagari Cupak dan
Kotobaru ,menyebutkan, harimau menurutnya bukan hanya semata-mata binatang buas
yang lazim berekosisteem di hutan lebat, melainkan juga maqam-nya silek. Maqam adalah
semacam roh, yang pada akhirnya bisa menyatu dalam diri seorang pendekar
Minangkabau yang mahir bersilat. Namun juga tidak semua pendekar memiliki maqam
harimau, meski mereka terbilang tangkas, mahir, serta lihai memainkan berbagai aliran
silek Minangkabau. Melainkan, orang-orang yang memiliki maqam harimau itu,
adalah orang-orang pilihan.
Dijelaskan Rizal, dalam ilmu
beladiri silat lebih menonjolkan raso (rasa), diikuti ketepatan, kecepatan, dan
ketangkasan. Sebelum belajar lebih dalam, seorang calon pendekar terlebih
dahulu harus mengenal dirinya, mengenal tuhannya, serta menguasai ilmu agama
secara lahir dan bhatin. Yang tak kalah penting, calon seorang pendekar juga
harus berhati lapang, penyabar, hingga mampu mengendalikan diri dalam situasi apapun.
Hakikit ilmu silat di minagkabau bukan untuk melumpuhkan lawan, namun bagaimana
memerangi diri sendiri terhadap hawa nafsu. Di lahir mencari kawan, di bathin
mencari Tuhan.
Setelah diri dapat
dikendaliakan, dengan sendirinya maqam silek akan masuk ke dalam raga, hingga
seseorang itu menjadi pendekar tangguh. Sekalipun seorang pendekar itu sedang
tidak sadar ancaman bahaya tengah mengintai, namun secara reflek ia tetap dapat
menghindar, mengelak. Seperti idealnya seekor harimau, sangat peka, lincah,
cekatan terhadap lingkungan, meski secara kasat mata cenderung terlihat tenang.
“Lihat saja karakter harimau,
dibalik bawaannya yang tenang, pendiam, tersimpan karakter tangguh, kuat, serta
lincah. Ketika sempat terusik, apalagi tersakiti, niscaya tak satupun hewan
lain berani menandinginya. Begitu pula seorang pendekar yang ber-maqam harimau,
juga lincah, tangguh,” Jelas Rizal.
Sempat dikisahkan bapak dua
anak yang menguasai lima macam aliran silat (silek kinari, silek langkah ampek,
silek langkah tigo, silek induak ayam, silek tuo aliran harimau), sewaktu
belajar silat dengan gurunya, Cikmai, (alm) di Kotobaru, Kambang, Kabupaten
Pesisir Selatan, pernah mengalami peristiwa tak lazim hingga kenangan itu sampai
sekarang masih membekas dalam dirinya.
Sedang asyik belajar silat
dengan sang guru, sekitar 8 tahun silam, di halaman belakang rumah, tak disadarinya
ternyata ia betul-betul telah bergulat beneran dengan harimau. Hal itu baru diketahui ketika menjelang waktu
subuh, tiba-tiba sang guru mendadak keluar dari dalam gubuknya, namun dengan raut
wajah seperti orang baru bangun tidur. Padahal baru dalam hitungan menit saja ia
bersama sang guru habis latihan bersama, hingga diantara mereka sempat saling
bercucuran keringat.
“Saya kaget, kenapa bisa guru datang
melenggang dari gubuknya seperti orang bangun tidur, padahal kami berdua sudah
semalam suntuk berlatih silat. Jangankan berkeringat, malah sorot matanya
tampak layu, bahkan sempat beberapa kali menguap. Lantas, dengan siapa
sesungguhnya semalam bergulat, hati saya seketika berdebar-debar,” Kenang Rizal
tentang masa lalunya.
Setelah meneguk segelas air
putih, barulah Rizal tersadar, jika saat berlatih semalam memang ada beberapa
keganjilan dengan gurunya itu. Dimana tubuh gurunya agak lembut bagaikan kapas,
fisiknya relatif kuat, gerakan cenderung rendah dan lincah, setiap kali di
serang selalu berhasil mengelak, disertai bau apik menyengat. Selanjutnya Rizal diberikan arahan oleh gurunya,
Cikmai, semua peristiwa yang dialami tersebut adalah bahagian dari ujian seorang
calon pendekar, hingga tidak perlu dirisaukan.
“Jika hendak dikupas lebih
dalam lagi soal hubungan silat dengan harimau si-inyiak balang, sebenarnya
masih banyak rentetan cerita lainnya. Namun ini tak mungkin dibahas untuk umum,
karena kajian tersebut belum tentu dapat diterima dan diterjemahkan semua orang.
Meski begitu, saya juga bukan seorang pendekar, orang pintar, melainkan hanya
orang biasa,” Imbuh Rizal berupaya merendahkan diri.
Foto: H.Sutan Jauhari Dt.Rajo Bangkeh
Lain halnya dengan H.Sutan
Jauhari Dt.Rajo Bangkeh,75, seorang paranormal sekaligus tokoh masyarakat di
Nagari Gauang, Kecamatan Kubung, Kabupaten Solok, menurutnya harimau alias
inyiak balang tidak bisa dipisahkan dengan sejarah panjang peradaban nagari dan
manusia sendiri. Bahkan, kehadiran harimau di Ranah Minang bisa dibilang
bersamaan dengan munculnya manusia, hingga satu sama lain punya hubungan
emosional, kekerabatan meski alamnya berbeda. Harimau hidup di hutan, sedangkan
manusia hidup bermasyarakat mendiami kampung.
Dijelaskan Sutan Jauhari, berpedoman
pada cerita para tetua adat, paranormal terdahulu, tuo silek, sosok harimau
begitu peka terhadap lingkungan, serta senantiasa memberikan khabar, sinyal,
isyarat pada manusia yang mendiami kampung. Terlebih ketika penduduk kampung sempat
terlanjur melakukan perusakan, berbuat kemungkaran, kezaliman, harimau dari pinggir
hutan sewaktu-waktu akan mengaum memberikan peringatan, disusul bunyi-bunyian satwa
liar lainnya seperti suara simpai, beruk, kera. Akhirnya seketika suasana hutan
terdengar heboh.
“Jika inyiak balang telah memberikan
peringatan, berarti penduduk kampung itu telah banyak berbuat kerusakan,
seperti bezina, berjudi, hingga berbagai perbuatan yang bertentangan dengan
adat/agama,” Jelas Sutan Jauhari.
Ketika inyiak balang hendak masuk
kampung menuju suatu tempat, ia memiliki jalan perlintasan tersendiri yang tak
pernah berobah-robah, dan ini oleh penduduk kampung biasa disebut jalan pinti,
atau jalan pinteh. Di kala inyiak balang
sedang lewat, biasanya turut diiringi dengan teriakan suara tupai, burung
hantu, dan ramainya suara belalang. Maka, setiap penduduk kampung hendak
mendirikan rumah harus terlebih dahulu diperhitungkan letaknya, sebab ada
kalanya lokasi yang terlihat strategis merupakan jalan pinti inyiak balang.
Tidak hanya di hutan,
sebagahian harimau juga ada yang berhabitat dalam areal perkampungan. Namun
keberadaannya tidak mengganggu, justru lebih berperan sebagai penjaga kampung,
sekaligus menjadi piaraan sejumlah paranormal, tetua adat, kalangan tertentu.
Pada sewaktu-waktu harimau bisa berobah wujud menjadi manusia. Bedanya, ketika
berpapasan dengan penduduk, mukanya cenderung menunduk, tidak berani menatap
secara langsung,”beber Sutan Jauhari.
Menariknya lagi, setiap ada
datang menyusup harimau baru dari negeri lain, kelompok inyiak balang di hutan
ulayat maupun rimba belantara, pasti melakukan perlawanan, selanjutnya mengusir untuk keluar dari daerah kekuasaan
mereka. Karena kehadiran harimau pendatang, cenderung mengganggu kestabilan
ekosistem hutan, bahkan berpotensi menjarah hewan ternak milik warga. Hal ini biasanya dapat ditandai dengan
hebohnya suara binatang liar di pinggir hutan, hingga penduduk kampung harus
segera mengemasi, mengikat, dan mengurung hewan ternaknya selama beberapa dalam
kandang.
“Yang cenderung mengganas,
bahkan memakan hewan ternak milik warga, bukan inyiak balang, namun itu adalah
harimau pendatang, lazim disebut cindaku. Sementara inyiak balang tetap hidup
beradat, tau dengan salah dan benar. Instingnya tajam, peka, dan bertelinga
bumi,” Imbuh Sutan Jauhari yang juga tercatat mantan Wartawan Harian Semangat
di era 1980 - 1990-an.
Seperti halnya kebanyakan harimau
berhasil dibunuh, ditangkap, serta diasingkan ke kebun binatang adalah harimau
pendatang yang bersalah, bukan inyiak balang. Namun harimau pendatang itu
sesungguhnya juga punya kekuatan ghaib. Setelah dihalau masuk perangkap lewat
serangkaian ritual khusus, merindu pakai saluang diiringi bunyi-binyian alat musik
tradisional, selanjutnya oleh pawang/paranormal yang ditunjuk, dijadikan piaraan
penjaga ladang. Tetapi, bagi yang terbukti berbuat kesalahan berat, tetap harus
diganjar hukuman berat pula. Bak petuah, berhutang nyawa dibayar nyawa,
berhutang darah dibayar darah, serta berhutang budi dibalas budi.
Namun, seiring berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi, pembangunan infratruktur mendesak sampai pelosok
negeri, hutan lebat menyempit akibat aktivitas peladangan, cerita seputar
eksistensi inyiak balang semakin hilang. Termasuk di Nagari Gauang sebagai
salah satu nagari yang awalnya dikenal kental dengan nilai-nilai adat, tradisi,
hingga berbagai bentuk kearifan lokal lainnya.
Ketua LKAM Kabupaten Solok, Syafri
Dt.Siri Marajo, membenarkan adanya pemahaman, kepercayan tersendiri masyarakat
Solok soal seputar inyiak balang, bahkan fenomena tersebut secara alamiah mengalir
dari generasi ke generasi. Percaya atau tidak, setiap nagari punya cerita
tersendiri tentang harimau hingga akhirnya menyatu kedalam sebuah kerifan lokal
yang sulit terbantahkan.
“Barangkali tidak hanya di
Kabupaten Solok, namun cerita klasik seputar inyiak balang juga dibilang
melegenda hampir di se jagat raya Minangkabau. Meski kisahnya berbeda, motifnya
dan pesan moralnya tetap sama,” Kata Syafri.
Walau demikian, pihaknya
mengimbau supaya pemahaman, kepercayaan mistis soal inyiak balang jangan sampai
jatuh ke sifat syirik, karena semuanya bisa saja terjadi tak terlepas atas
kuasa Allah SWT. Sebagaimana tertuang dalam rukun iman, percaya pada yang ghaib,
jika Allah SWT menghendaki, tidak ada yang mustahil. Allahuambissawab (Red)
No comments:
Post a Comment