Bergerak Sendiri, Dikendalikan Secara Ghaib
Ada
begitu banyak tradisi dan kesenian yang dapat dipelajari dari negeri Indonesia
ini. Salah satunya yang cukup unik
adalah lukah gilo. Kesenian tersebut hampir ada di seluruh nagari
se-Minangkabau.
Hampir
semua masyarakat Minang sudah mengenal yang namanya lukah gilo. Kesenian
tersebut lazim ditampilkan dalam bentuk pengontrolan atau pengendalian lukah/ bubu
(alat penangkap ikan). Pada masyarakat Minangkabau, alat yang dijadikan obyek
permainan biasanya adalah lukah ikan berukuran besar, seukuran tubuh manusia dewasa.
Uniknya adalah mengenai bagaimana lukah tersebut dapat menari dan bergerak
sendiri dibacakan mantra oleh pawangnya.
Setelah sebelumnya median berbentuk tabung mengerucut kebawah, berdiameter rata-rata 2m X50cm lengkap dikasih baju, celana, kain sarung, kopiah, hingga mirip manusia. Sungguh permainan ini cukup menarik untuk
ditonton.
Kesenian
lukah gilo dapat dikatakan mirip dengan jalangkung. Terkadang ketika dipegang,
lukah akan melompat, jungkir balik, meronta, menari-nari sendiri tanpa sedikitpun digerakkan oleh seseorang. Melainkan pergerakan lukah biasanya dikendalikan secara ghaib, magik oleh pawang sesuai keinginan, setelah sebelumnya dibacakan mantra-mandra.
Mereka
yang ingin menikmati kesenian lukah gilo, tentu saja harus mengenal dan paham
terlebih dahulu mengenai lokasi dimana sering diadakan kesenian tersebut.
Memang benar kesenian tersebut diselenggarakan tidak hanya pada daerah Padang Panjang saja namun di
banyak daerah di Sumatera Barat memiliki permainan
lukah gilo.
Namun
yang paling umum adalah pada Kabupaten Tanah Datar. Daerah tersebut setidaknya
harus ditempuh dengan waktu 60 menit perjalanan dari arah Padang Panjang, dengan
jarak sekitar 38 kilometer. Akan lebih mudah bila dikunjungi dengan menggunakan
kendaraan pribadi.
Masyarakat Minang tentu saja sudah terbiasa untuk melakukan aktifitas tersebut. Yang menjadi pertanyaan adalah mengenai bagaimana seorang pengunjung bisa terlibat secara langsung dan bahkan belajar mantra dari sang pawang.
Masyarakat Minang tentu saja sudah terbiasa untuk melakukan aktifitas tersebut. Yang menjadi pertanyaan adalah mengenai bagaimana seorang pengunjung bisa terlibat secara langsung dan bahkan belajar mantra dari sang pawang.
Biasanya
para wisatawan akan disertakan dalam mengontrol lukah yang sudah diberi mantra.
Ada yang merasa takut dan ada yang merasa tertantang. Namun dalam menikmati
kesenian lukah gilo, tentu saja yang harus diperhatikan adalah mengenai
unsur kesenian dan juga kebudayaan itu sendiri. Apakah di nagari anda juga ada
lukah gilo ? (By: Rusdi Chaprian)
( Dikutip dari: http://www.pelangiholiday.com/2014/11/lukah-gilo-kesenian-tradisional-sumbar.html )