Tuesday, August 18, 2015

Kisah Orang Bunian


Pernahkah kalian mendengar kisah Orang Bunian? Ini adalah kisah kakek saya ketika saya masih kecil. Pada tahun 1970-an, kakek saya bekerja sebagai eksekutif di sebuah perkebunan kelapa sawit besar di pulau Sumatera. Perkebunan ini posisinya di sebelah selatan dari Danau Toba dengan area berbukit-bukit

Semua rumah eksekutif dibangun berjajar di atas salah satu bukit rendah. Kebetulan rumah kakek ada di urutan kedua dalam jajaran itu. Di depan rumahnya, terdapat beberapa baris pohon kelapa sawit. Lalu di depannya lagi, adalah turunan menuju lembah. Tanah itu terlalu curam untuk ditanam pohon. Oleh karena itu, di depan situ dipenuhi dengan tanaman liar dan pepohonan membentuk sebuah hutan kecil. Lembahnya sendiri penuh dengan berbagai pohon besar, serangga tropis dan tumbuhannya lainnya.

Dia masih baru di situ. Sehingga setelah selesai bekerja kembali ke rumah. Selain TV satelit tidak ada hiburan apa-apa lagi di sana. Setiap hari kerja dia akan bangun jam 5 dan mulai bekerja.

Selama pengalaman bekerjanya itulah dia mendapat pengalaman unik. Semenjak minggu pertama dia datang sini, dia baru sadar bahwa setiap hari Rabu sore selalu ada bunyi genderang ditabuh di depan rumahnya (yakni daerah hutan situ). Suara tabuhan drum ini selalu mulai tepat jam 6.30. Suara ini akan berlangsung antara setengah hingga satu jam. Suaranya selalu berhenti mendadak, sama seperti ketika mulai. Dia berpikir mungkin di sana ada suatu upacara, atau perayaan.

Ketika dia bertanya pembantu di rumahnya, apa sebetulnya itu, dia hanya menaikkan bahu dan tidak menjawab. Dia berpikir mungkin tidak sopan untuk bertanya hal-hal seperti itu, jadi tidak pernah bertanya lagi.

Ketika dia sudah cukup lama tinggal di perkebunan, dan sudah semakin akrab dengan orang-orang di sana, rasa penasaran akan suara genderang itu semakin meningkat. Setahu dia, lembah di depan rumahnya itu tidak ada bangunan atau rumah. Namun setiap hari Rabu, suara genderang selalu terdengar dari sana, cukup dekat, sepertinya datang dari lembah itu sendiri!

Akhirynya dia mencoba bertanya asisten dia. Mereka hanya tersenyum menjawab, “Itu orang Bunian pak.” Dia tidak ingin kelihatan bodoh sehingga menjawab “Oh” dan menggangguk saja. Kebetulan ada satu asisten yang sangat dekat dengan kakek. Namanya Jamal. Kakek bertanya ke dia, apa itu orang Bunian. Jamal menjawab bahwa orang Bunian ini termasuk makhluk mistis yang tidak bisa kelihatan oleh manusia. Mereka umumnya senang tinggal di dekat manusia dan kadang berhubungan dengan mereka. Bahkan ada cerita beberapa pria yang menikahi perempuan Bunian dan bergabung dengan masyarakat Bunian. Tetapi manusia yang bergabung, akan ikut tidak terlihat lagi.

Terkadang manusia bisa meminta bantuan dengan Bunian. Misalnya seseorang sedang mengadakan perjamuan dan kekurangan piring dan sebagainya, mereka bisa meminjam dari Orang Bunian. Namun piring itu harus dijaga dengan baik, dan tidak boleh ada satupun piring yang rusak.

Kakek pun bertanya, bagaimana dia bisa membuktikan kalau yang menabuh genderang ini adalah Orang Bunian? Jamal bercerita dulu dia bersama dua asisten lain sempat turun ke situ. Berbekal senter dan pisau panjang mereka bertiga menuju lembah dan berjalan menuju sumber suara. Mereka sudah berjalan cukup jauh, tetapi suara itu tetap hanya terdengar sangat dekat, tidak pernah ditemukan sumber suara. Dikarenakan hari sudah gelap, mereka pun membatalkan petualangan mereka dan bergegas pulang.

Kita bisa menemukan banyak informasi mengenai “Orang Bunian” ini dan membaca baca mengenai kisah mereka di cerita masyarakat sekitar. Saya yakin mereka ada, karena saya sudah terlalu sering mendengarkannya, dan apalagi kakek saya sendiri juga menceritakan ini ke saya (Red)


No comments:

Post a Comment