Semua rumah eksekutif dibangun berjajar di atas salah satu bukit rendah.
Kebetulan rumah kakek ada di urutan kedua dalam jajaran itu. Di depan rumahnya,
terdapat beberapa baris pohon kelapa sawit. Lalu di depannya lagi, adalah
turunan menuju lembah. Tanah itu terlalu curam untuk ditanam pohon. Oleh karena
itu, di depan situ dipenuhi dengan tanaman liar dan pepohonan membentuk sebuah
hutan kecil. Lembahnya sendiri penuh dengan berbagai pohon besar, serangga
tropis dan tumbuhannya lainnya.
Dia masih baru di situ. Sehingga setelah
selesai bekerja kembali ke rumah. Selain TV satelit tidak ada hiburan apa-apa
lagi di sana. Setiap hari kerja dia akan bangun jam 5 dan mulai bekerja.
Selama pengalaman bekerjanya itulah dia
mendapat pengalaman unik. Semenjak minggu pertama dia datang sini, dia baru
sadar bahwa setiap hari Rabu sore selalu ada bunyi genderang ditabuh di depan
rumahnya (yakni daerah hutan situ). Suara tabuhan drum ini selalu mulai tepat
jam 6.30. Suara ini akan berlangsung antara setengah hingga satu jam. Suaranya
selalu berhenti mendadak, sama seperti ketika mulai. Dia berpikir mungkin di
sana ada suatu upacara, atau perayaan.
Ketika dia bertanya pembantu di rumahnya, apa
sebetulnya itu, dia hanya menaikkan bahu dan tidak menjawab. Dia berpikir
mungkin tidak sopan untuk bertanya hal-hal seperti itu, jadi tidak pernah
bertanya lagi.
Ketika dia sudah cukup lama tinggal di
perkebunan, dan sudah semakin akrab dengan orang-orang di sana, rasa penasaran
akan suara genderang itu semakin meningkat. Setahu dia, lembah di depan
rumahnya itu tidak ada bangunan atau rumah. Namun setiap hari Rabu, suara
genderang selalu terdengar dari sana, cukup dekat, sepertinya datang dari
lembah itu sendiri!
Akhirynya dia mencoba bertanya asisten dia.
Mereka hanya tersenyum menjawab, “Itu orang Bunian pak.” Dia tidak ingin
kelihatan bodoh sehingga menjawab “Oh” dan menggangguk saja. Kebetulan ada satu
asisten yang sangat dekat dengan kakek. Namanya Jamal. Kakek bertanya ke dia,
apa itu orang Bunian. Jamal menjawab bahwa orang Bunian ini termasuk makhluk
mistis yang tidak bisa kelihatan oleh manusia. Mereka umumnya senang tinggal di
dekat manusia dan kadang berhubungan dengan mereka. Bahkan ada cerita beberapa
pria yang menikahi perempuan Bunian dan bergabung dengan masyarakat Bunian.
Tetapi manusia yang bergabung, akan ikut tidak terlihat lagi.
Terkadang manusia bisa meminta bantuan dengan
Bunian. Misalnya seseorang sedang mengadakan perjamuan dan kekurangan piring
dan sebagainya, mereka bisa meminjam dari Orang Bunian. Namun piring itu harus
dijaga dengan baik, dan tidak boleh ada satupun piring yang rusak.
Kakek pun bertanya, bagaimana dia bisa
membuktikan kalau yang menabuh genderang ini adalah Orang Bunian? Jamal
bercerita dulu dia bersama dua asisten lain sempat turun ke situ. Berbekal
senter dan pisau panjang mereka bertiga menuju lembah dan berjalan menuju
sumber suara. Mereka sudah berjalan cukup jauh, tetapi suara itu tetap hanya
terdengar sangat dekat, tidak pernah ditemukan sumber suara. Dikarenakan hari
sudah gelap, mereka pun membatalkan petualangan mereka dan bergegas pulang.
Kita bisa menemukan banyak informasi mengenai
“Orang Bunian” ini dan membaca baca mengenai kisah mereka di cerita masyarakat
sekitar. Saya yakin mereka ada, karena saya sudah terlalu sering
mendengarkannya, dan apalagi kakek saya sendiri juga menceritakan ini ke saya
(Red)
Sumber: http://www.ceritamistis.com
No comments:
Post a Comment